Berdasarkan data, infertilitas karena
faktor istri mencakup 45% yang mempunyau masalah pada saluran telur,
ovulasi, perotenium/ endometriosis, mulut rahim dan rahim. Sedangkan
infertilitas karena faktor suami sekitar 40%, meliputi kelainan
pengeluaran sperma, kelainan produksi dan pematangan sperma, penyempitan
saluran mani karena infeksi bawaan, faktor imunologik/antibodi,
antisperma, serta faktor gizi. Sementara akibat faktor tidak terjelaskan
sekitar 10-15%.
1. GAYA HIDUP PENUH STRES
Gaya hidup ternyata pegang peran
besar dalam menyumbang angka kejadian infertilitas, yakni sebesar
15-20%. Gaya hidup yang serbacepat dan kompetitif dewasa ini rentan
membuat seseorang terkena stres. Padahal kondisi jiwa yang penuh gejolak
bisa menyebabkan gangguan ovulasi, gangguan spermatogenesis, spasme
tuba fallopi, dan menurunnya frekuensi hubungan suami istri.
2. KEGEMUKAN
Timbunan lemak dapat mengganggu
kinerja organ tubuh, termasuk organ-organ reproduksi. Kadar kolesterol
yang tinggi akan mengusik keseimbangan hormonal yang antara lain
bermuara pada terganggunya siklus haid; bisa berupa haidnya terlambat,
tidak datang sama sekali dalam beberapa bulan meski tidak hamil, atau
sebaliknya justru keluar terus tapi tidak teratur. Padahal gangguan haid
berpengaruh langsung pada perhitungan matangnya sel telur, sedangkan
hubungan seks di luar masa subur berpeluang tipis menghasilkan
pembuahan.
Pada pria gemuk terjadi penumpukan lemak di mana - mana, termasuk di daerah
pubis (bagian atas kemaluan),
sehingga penisnya tampak pendek dan kecil. Akibatnya, dapat menghambat
kontak seksual. Selain itu, obesitas juga berpengaruh pada metabolisme
testosteron. Padahal hormon ini menjamin berkembangnya organ reproduksi,
timbulnya ciri-ciri seks sekunder laki-laki sebelum pubertas dan
berlangsungnya spermatogenesis (pembentukan sperma) serta mempertahankan
fungsi seksual setelah pubertas.
3. KELEWAT KURUS
Gangguan siklus haid umumnya
dialami oleh wanita yang sangat kurus, misalnya pada wanita atlet lari
jarak jauh, model, penari balet, ataupun mereka
yang mengalami pengurangan berat badan secara signifikan dan mendadak. Bisa dimengerti karena dalam tubuh, lemak
antara lain berfungsi melancarkan metabolisme.
4. LINGKUNGAN POLUTIF
Salah satunya, polusi udara
akibat kebiasaan merokok maupun buangan timbal dari kendaraan bermotor.
Mereka yang terpapar zat-zat polutan terbukti mengalami penurunan
kualitas sperma. Begitu juga pemakaian ganja, kokain, dan heroin
disinyalir menyebabkan gangguan sekresi hormon gonadotropin dan
prolaktin yang berujung pada terhambatnya pelepasan sel telur pada
wanita.
5. AKRAB DENGAN MINUMAN BERALKOHOL
Konsumsi alcohol pada wanita
akan menekan produksi hormon estrogen dan progesteron namun meningkatkan
prolaktin yang akan menghambat proses
ovulasi. Pada pria, alkohol akan
menurunkan ukuran testis, volume semen (air mani), maupun konsentrasi
(kepekatan), mobilitas (kecepatan bergerak), serta morfologi normal
spermatozoa.
6. OBAT-OBATAN
Obat-obatan tertentu yang
termasuk golongan narkotik maupun obat-obatan kedokteran, seperti
beberapa jenis antibiotik, obat darah tinggi, obat sakit mag, obat
antikejang, maupun obat-obatan yang digunakan dalarn, terapi melawan
kanker, dapat menurunkan kesuburan wanita dan memengaruhi kualitas
sperma.
7.FAKTOR USIA
Pada wanita, begitu masuk usia
35 tahun, kesuburan akan menurun dan semakin menurun drastis di usia 37
tahun sampai akhirnya masuk ke masa menopause di atas 40-45 tahunan.
Cadangan sel telur akan terus berkurang setup kali wanita mengalami
menstruasi dan lama-kelamaan akan habis saat menopouse. Sebaliknya, usia
tidak membatasi tingkat kesuburan pria dimana “pabrik sperma” akan
terus memproduksi sel-sel sperma selama anatominya normal.
8.OLAHRAGA BERLEBIHAN
Pada wanita, olahraga berlebihan
bisa menyebabkannya sulit hamil karena mengganggu siklus haid. Diduga
akibat penurunan produksi gonadotropin serta peningkatan produksi
endorphin dan kortisol.
9.SUMBATAN PADA VAGINA
Sumbatan ini membuat
terhambatnya penyampaian air mani. Sumbatan jenis pertama adalah
sumbatan psikogen yang disebut juga vaginismus/ dispareunia. Yang kedua
adalah sumbatan anatomis berupa vaginitis atau radang pada vagina yang
bisa disebabkan oleh Candida albicans atau trikomonas—sejenis kuman yang
hidup di dalam vagina ini dapat menghambat gerak spermatozoa.
10.KELAINAN MULUT RAHIM
Normalnya, mulut rahim mengarah
ke depan (antefleksi), sehingga berhadapan langsung dengan dinding
belakang vagina. Kondisi inilah yang memungkinkan spermatozoa sampai ke
dalam saluran mulut rahim yang menghubungkan antara vagina dan rongga
rahim. Penyimpangan dari posisi normalnya, seperti retrofleksi (posisi
rahim menghadap ke belakang), bisa menghambat terjadinya kehamilan.
11. KELAINAN RAHIM
Adanya kelainan rongga rahim
karena perlengketan, mioma atau polip; peradangan endometrium dan
gangguan kontraksi rahim, dapat mengganggu transportasi spermatozoa.
Kalaupun sampai terjadi kehamilan biasanya kehamilan tersebut akan
berakhir sebelum waktunya.
12.KELAINAN SALURAN TELUR
Paling sering ditemukandalam masalah infertilitas.
Di antaranya tuba yang membesar
seluruhnya ataupun yang menebal karena adanya kerusakan dinding tuba
akibat infeksi atau endometriosis, tuba yang memendek akibat peradangan
sebelumnya, fibrosis/pembentukan jaringan ikat, serta perlekatan tuba
yang mengganggu pergerakan fimbria( (bentuk seperti rumbai-rumbai yang
tak teratur dan terdapat pada bagian ujung saluran rahim.
13.KELAINAN OVARIUM
Gangguan pada ovarium (indung
telur), seperti adanya tumor atau kista endometriosis bisa mengakibatkan
tidak terjadinya ovulasi. Bagaimana mau terjadi kehamilan bila tak ada
sel telur yang siap dibuahi?
14. GONDONGAN
Meski kemungkinannya relatif
kecil (sekitar 20‑30%), gondongan tak boleh dianggap sepele karena dapat
menyebabkan gangguan kesuburan pada pria. Berat tidaknya gangguan
kesuburan tergantung seberapa parah kerusakan pada testis sebagai
“pabrik” sperma. Jika rusak berat, yang bersangkutan bisa mengalami
asthenozoopermia, yakni jumlah spermanya nihil. Kerusakan ini bersifat
permanen alias tak bisa dikoreksi dengan cara apa pun.
15.INFEKSI
Umumnya ditandai dengan
munculnya keputihan yang mesti mendapat perhatian serius. jika dibiarkan
berlanjut dan tak mendapat pengobatan semestinya, infeksi ini akan
merambat naik ke rahim atau bahkan ke adneksa yang terdiri dari saluran
telur, indung telur, dan ligamentum atau otot-otot penyangga rahim.
Terapinya cukup dengan pemberian obat-obatan golongan antibiotik yang
tepat. Namun butuh kesabaran dari pasien untuk menjalani terapi ini agar
infeksinya benar-benar sembuh. Pencegahan infeksi dapat dilakukan
antara lain dengan menjaga kebersihan diri saat buang air. Terutama kala
terpaksa buang air di tempat umum yang kurang terjaga kebersihannya,
sedapat mungkin segera bilas begitu menemukan air bersih. Perhatikan
pula pola membasuhnya, yakni dari atas ke bawah. jangan pernah
sebaliknya, dari anus ke vagina, karena berpeluang “membawa” kuman yang
mungkin bercokol di anus ke vagina.
16.ENDOMETRIOSIS
Seorang wanita dikatakan terkena
endometriosis bila jaringan endometrium/lapisan dalam uterus tumbuh
bukan di tempat semestinya. Diduga kemunculan endometriosis distimulasi
oleh hormon estrogen yang berlebihan, hingga pengobatan dasarnya adalah
pengobatan hormonal, yakni pemberian hormon progesteron anti-estrogen
minimal 2 bulan. Dengan diberi antinya, diharapkan pertumbuhan jaringan
endometrium bisa dihambat hingga tak berkembang ke mana-mana. Celakanya,
ovarium menjadi sasaran empuk yang paling sering ditumbuhi jaringan
endometrium. Akibatnya, bisa terjadi perlengketan ke usus, rahim,
saluran telur, atau ke organ-organ di sekitarnya. Bila dengan pemberian
hormon tak ada perbaikan, biasanya disarankan tindakan operasi
laparoskopi dengan sayatan seminimal mungkin atau laparotomi yang mirip
dengan operasi sesar.
17.KURETASE BERULANG
Bila dilakukan berulang kali
dalam jangka waktu dekat diduga bisa memicu timbulnya perlengketan pada
rahim, terlebih bila kuretnya tidak steril. Endometrium yang seharusnya
berbentuk rongga jadi menutup, sehingga yang bersangkutan jadi susah
punya anak atau bahkan mandul.
18.KELAINAN PLASENTA
Normalnya, plasenta akan keluar
dengan sendirinya kirakira 30 menit setelah kelahiran bayi. jika
setelah ditunggu 30 menu tidak keluar, mau tak mau harus diambil
tindakan manual untuk mengeluarkannya, meski salah satu risikonya adalah
perdarahan karena pembuluh darah yang ikut terjebol pasti lebih banyak
dibanding bila tak ada perlengketan. jika kondisinya parah, alternatif
yang ditempuh adalah pengangkatan rahim untuk meminimalkan perdarahan.
Inilah yang kemudian membuat kondisi rahim jadi carut-marut, sehingga
menyebabkan infertilitas.
19.RIWAYAT OPERASI
Terutama operasi sesar dan
operasi usus buntu yang sudah parah, karena setiap tindakan operasi
pasti menyisakan luka terbuka. perlengketan sangat berpeluang terjadi
pada sesar yang tidak benar, banyak menyisakan darah, atau yang
penyembuhan lukanya kurang bagus, semisal dalam seminggu belum kering.
Di sinilah pentingnya kontrol ke dokter yang menangani. Sementara sesar
kedua dan seterusnya memperbesar peluang terjadinya perlengketan antara
rahim dengan dinding perut, maupun dengan usus dan kandung kencing.
20.VARIKOKEL
Yakni varises atau pelebaran
pada katup-katup vena (pembuluh darah balik) yang terjadi di kantung
kemaluan. Melebarnya pembuluh darah di lokasi pembuluh darah balik dari
testis ini tentu akan mengganggu fungsi testis sebagai “pabrik” sperma,
baik dari segi jumlah maupun kualitas produksinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar