Rabu, 26 September 2012

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

Penyakit kelamin (Veneral Diseases) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat poluler di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Sexually Transmitted Diseases (STD) atau penyakit Menular Seksual (PMS).
            Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang semakin luas karena selain penyakit-penyakit yang termasuk dalam kelompok Penyakit Kelamin (VD) yaitu sífilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinale juga termasuk uretritis non gonore (UNG), kondilotama akuminata, herpes giniitalis, kandisosis, trikomoniasis, bacterial vaginosis, hepatitis, moluskum kontagiosum, skabies, pedikulosis, dan lain-lain.
            Peningkatan incidens PMS dan penyebaran di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaannya program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insidens PMS atau paling tidak insidensnya relatif tetap. Namun demikian, disebagian besar negara insidens PMS relatif masih tinggi dan setiap tahun beberapa juta kasus baru besrta komplikasi medisnya anatara lain kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker, bahkan juga kematian memerlukan penanggulangan sehingga hal i9ni akan meningkatkan biaya kesehatan. Selain itu pola infeksi juga mengalami perubahan, misalnya infeksi Klamidia, Herpes genital, dan kondilomata akuminata dibeberapa negara cenderung meningkat dibanding uretritis gonore dan sífilis. Beberapa penyakit infeksi sudah resisten terhadap antibiotik, misalnya munculnya galur multiresisten Neisseria gonorrhoeae, Hemophylus ducreyi dan Tricomonas vaginalis yang resisten terhadap metronidazole.Perubahan pola infeksin maupun resistensi tidak terlepas dari factor-faktor yang mempengaruhinya.   





FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
Perubahan pola distribuís maupun pola prilaku penyakit tersebut diatas tidak terlepas dari factor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
1.      Faktor Dasar
  1. Adanya penularan penyakit
  2. Berganti-ganti pasangan seksual
2.      Factor Medis
  1. Gejala klinis pada wanita dan homosexual yang asimtomatis
  2. Pengobatan modern
  3. Pengobatan yang mudah, murah, cepat dan efektif, sehingga resiko resistensi tinggi, dan bila disalahgunakan akan meningkatkan resiko penyebaran infeksi.
  4. Kontrasepsi modern
3.      IUD dan Pil KB hanya bermanfaat bagi pencegahan kehamilannya saja, berbeda dengan kondom yang juga dapat digunakan sebagai alat pencegah terhadap penularan infeksi PMS
4.      Faktor Social
  1. Mobilitas penduduk
  2. Prostitusi
  3. Waktu yang santai
  4. Kebebasan individu
  5. Ketidaktahuan

Selain faktor-faktor tersebut diatas masih ada faktor lain yang mempengaruhi perbedaan prevalensi antara negara maju dan berkembang :
1.      Diagnosis yang kurang tepat karena keterbatasan saran penunjang
2.      Komplikasi lebih banyak ditemukan di negara berkembang, karena keterlambatan diagnosis dan pengobatan.
Yang tidak kalah penting adalah perubahan dinamis yang terjadi dimasyarakat, baik perubahan demografi maupun sosio budaya, akan mempengaruhi penyebaran PMS, termasuk AIDS. Di negara Industri, insidens PMS klasik seperti gonore dan sifilis menurun dengan cepat terutama pada masyarakat kelas menengah dan atas, sedangkan pada masyarakat bawah insidens penyakit tersebut tetap stabil bahkan cenderung meningkat, demikian pula umumnya di negara berkembang.
Peningkatan insidens PMS tidak terlepas kaitannya dengan prilaku resiko tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa penderita sifilis melakukan hubungan seks rata-rata sebanyak 5 pasangan seksual yang tidak diketahui asal-usulnya, sedangkan penderita gonore melakukan hubungan seks dengan rata-rata 4 pasangan seksual. Demikian juga halnya antara PMS dan pecandu narkotika, terlihat bahwa 28% penderita sifilis, dan 73 % penderita gonore melakukan hubungan promiskuiti karena ketagihan narkotika. Riwayat promiskuiti atau berganti-ganti pasangan seksual juga ditunjukkan penderita sero positif sifilis yang mempunyai pasangan seksual lebih dari 2 orang, sedangkan yang sero negatif hanya 1 orang atau tidak pernah hubungan seksual.

KELOMPOK PRILAKU RESIKO TINGGI
            Dalam PMS yang dimaksud dengan prilaku resiko tinggi ialah prilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar terserang penyakit.
Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah :
  1. Usia
a.       20-34 tahun pada laki-laki
b.      16-24 tahun pada wanita
c.       20-24 tahun pada kedua jenis kelamin
  1. Pelancong
  2. Pekerja seksual komersil atau wanita tuna susila
  3. Pecandu narkotik
  4. Homoseksual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar